Home Ruang Dosen Evaluasi Formatif Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

Evaluasi Formatif Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

145

Oleh Ns. Rahayu Savitri, M.Kep*

Sejak diperkenalkan sebagai model penilaian mahasiswa di sekolah kedokteran pada tahun 1975, Harden adalah orang pertama yang mendeskripsikan OSCE untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa kedokteran. Pemeriksaan Klinis Terstruktur Objektif (OSCE) telah menjadi metode standar penilaian pada mahasiswa baik D3, S1, Profesi dan pascasarjana. Awalnya digambarkan sebagai ‘pemeriksaan berjangka waktu di mana mahasiswa berinteraksi dengan serangkaian pasien simulasi di stase yang mungkin melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, konseling atau manajemen pasien dan tindakan Asuhan Keperawatan. Harden merancang OSCE dalam upaya untuk menemukan metode evaluasi alternatif yang lebih andal dan valid dibandingkan dengan metode tradisional yang digunakan (Harden & Gleeson, 1979).

Dinamika Pendidikan Keperawatan yang dinamis dan diiringi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan tinggi keperawatan telah mengalami perubahan yang sangat mendasar termasuk dalam hal sistem evaluasi hasil pendidikan atau sistem uji kompetensi bagi para lulusan program pendidikan keperawatan khususnya program Ners. Merujuk pada Undang Undang Kesehatan No. 36/2009, untuk menjamin setiap tenaga kesehatan termasuk perawat memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebelum melaksanakan praktik pelayanan keperawatan. Selain itu adanya Peraturan Menteri Kesehatan No.1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan yang diperkuat dengan disahkannya Undang Undang Keperawatan Nomor: 38 tahun 2014 pasal 16. Secara khusus untuk calon lulusan perguruan tinggi bidang kesehatan, telah terbit peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 36/2013 dan No. 1/IV/PB/2013 tentang Uji Kompetensi bagi mahasiswa Perguruan Tinggi bidang Kesehatan, Pasal 3: (1) Uji kompetensi bagi mahasiswa merupakan bagian dari penilaian hasil belajar; (2) Mahasiwa yang lulus uji kompetensi berhak memperoleh sertifikat kompetensi; (3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh PerguruanTinggi; (4) Perguruan Tinggi mendaftarkan sertifikat Kompetensi kepada Majelin Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Kemenetrian Kesehatan untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi pemegang sertifikat.

Persiapan mahasiswa keperawatan untuk pengalaman praktik klinis telah lama menjadi bidang program pendidikan yang penting namun menantang, berbagai strategi pengajaran dan penilaian telah digunakan untuk membantu aspek kurikulum ini. Pemeriksaan klinis terstruktur objektif (OSCE) telah digunakan selama beberapa dekade dalam keperawatan. Keperawatan sebagai disiplin ilmiah dan klinis berkembang. Tujuan dari Sekolah Tinggi Keperawatan adalah untuk mencetak Perawat-Perawat handal dan kompeten, melatih, dengan menerima pelatihan teoritis dan praktis yang direncanakan selama empat tahun, memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk secara efektif melakukan peran dan tugas profesional (Soltaninejad, et al., 2020; Yosra Raziani et al., 2022)

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah alat penilaian keterampilan klinis yang diterima secara luas dan telah digunakan di seluruh dunia untuk mengevaluasi dan mengajar kompetensi pelajar dalam disiplin perawatan kesehatan. Terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi atribut, OSCE dianggap sebagai alat yang andal dan kuat dengan bukti validitas tertentu. Dalam konteks modern, OSCE dapat didefinisikan sebagai salah satu alat penilaian keterampilan berbasis kompetensi di mana tugas klinis atau keterampilan yang cukup di seluruh hasil belajar diwakili di beberapa stase yang semua peserta ujian diamati terhadap penilaian standar dalam lingkungan simulasi. dalam beberapa keterampilan klinis, penilaian OSCE meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan beberapa metode pengajaran keterampilan lainnya. OSCE adalah bentuk simulasi dan merupakan salah satu metode evaluasi keterampilan klinik mahasiswa keperawatan. OSCE juga digunakan dalam Comprehensive Clinical Nursing Skills (CCNS) yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki tahap pembelajaran klinik.. Pendekatan pendidikan ini membutuhkan desain yang kuat berdasarkan pedagogi yang baik untuk memastikan praktik dan penilaian asuhan keperawatan holistic, OSCE dapat juga dijadikan proses evaluatif formatif untuk mengevaluasi profesional perawatan kesehatan dalam pengaturan klinis dan menilai kompetensi, berdasarkan pengujian objektif melalui pengamatan langsung. Ini terdiri dari beberapa “stase” di mana peserta ujian diharapkan melakukan berbagai tugas klinis dalam jangka waktu tertentu terhadap kriteria yang dirumuskan untuk keterampilan klinis, sehingga menunjukkan kompetensi keterampilan dan/atau sikap. kriteria dasar alat penilaian yang efektif adalah validitas, reliabilitas, dan kelayakan. Namun, untuk memastikan keberhasilan alat penilaian apa pun, kita juga harus mempertimbangkan faktor lain, seperti potensi pendidikannya dan penerimaannya oleh orang-orang yang mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasinya (Montserrat Solà-Pola et al., 2020)

Tujuan terpenting dari penilaian Mahasiswa Keperawatan adalah mendorong proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas program Pendidikan. ada berbagai macam metode penilaian untuk menilai Mahasiswa Kesehatan Keperawatan, Menurut beberapa penelitian bahwa OSCE sebenarnya bukan tes, tetapi metode evaluasi yang mempertimbangkan aspek-aspek berikut: beberapa stase dirancang, kemampuan yang berbeda diuji di setiap stase, Mahasiswa melewati semua stase, dan semua peserta didik dinilai dengan alat yang sama di bawah standar yang telah ditentukan sebelumnya (Elbilgahy, Eltaib, & Mohamed, 2020). Dalam OSCE dengan jumlah penguji, pengawas, dan stasiun yang banyak, siswa dikelompokkan dan setiap penguji di setiap stasiun mengevaluasi sejumlah siswa tertentu.  melalui serangkaian kegiatan bersama meliputi yang meliputi proses penyusunan pedoman, kegiatan simulasi, kegiatan uji coba (Try Out) sampai dengan evaluasi kegiatan. Untuk pelaksanaan OSCE yang berkualitas, dilakukan berbagai persiapan seperti identifikasi clinical core competency, penetapan kompetensi berdasarkan skoring, dan penetapan Blueprin Kepatuhan terhadap standar dalam OSCE adalah salah satu faktor penting dalam bidang ini. Tahap persiapan pretest merupakan salah satu tahapan penting dari tes (Salehi et al., 2018). Satu hal yang harus dijadikan perhatian Institusi. OSCE memiliki kemampuan untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas penilaian.

Selain pemantauan berkelanjutan dan terjadwal terhadap pembelajaran siswa selama kursus sebelum lulus dan berada di bidang klinis, penting untuk mengadakan tes praktik untuk memastikan bahwa siswa mencapai kualifikasi profesional minimum (Halliday et al., 2019; Yosra Raziani, Ahmad Nazari, Sheno Raziani, 2022). Beberapa hal mendasar yang menjadi issue dalam penatalaksanaan OSCE berdasarkan penelitian menyatakan bahwa Mahasiswa mengeluhkan waktu yang tidak mencukupi untuk melakukan prosedur yang diperlukan di setiap stasiun (Majumder et al., 2019), dan juga Menurut John (2020), banyak Mahasiswa memiliki kekhawatiran tentang waktu pada saat demonstrasi keterampilan dalam penelitiannya melaporkan bahwa beberapa Mahasiswa merasa bahwa stasiun OSCE tidak tertata dengan baik dan peralatan tidak berfungsi dengan baik. Kualitas OSCE perlu dilakukan persiapan perancangan yang matang, simulasi, perencanaan dan perancangan stasiun OSCE yang cermat sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dapat mensimulasikan situasi klinis nyata dan menjadi alat penilaian yang tepat. Proses perbaikaikan kualitas OSCE dalam mengevaluasi kinerja klinis mahasiswa keperawatan telah menjadi perdebatan lama di arena pendidikan keperawatan. Metode evaluasi yang paling efektif dalam OSCE Keperawatan dapat menilai kinerja klinis mahasiswa keperawatan secara objektif dan andal di semua tingkat pendidikan (Arwa A. AL-Hamed, 2021).

Kerangka teoritis yang mendasari OSCE dipengaruhi oleh teori pembelajaran lama seperti karya Reilly & Oermann tentang pengajaran klinis dalam keperawatan, taksonomi Bloom, teori konstruktivisme Guba & Lincoln, dan sembilan tingkat pembelajaran Gangne. Berdasarkan Reilly & Oermann (1990), keterampilan diklasifikasikan ke dalam keterampilan kognitif dan psikomotorik dan sulit untuk mengevaluasi satu tanpa yang lain. Tindakan adalah hasil integrasi dari pengetahuan yang kita miliki tentang mengapa kita melakukan sesuatu dan bagaimana kita melakukannya. Oleh karena itu, menguji Mahasiswa dengan hanya menggunakan satu metode seperti ujian menulis tidak akan mencerminkan integrasi yang holistik. Dalam OSCE pengetahuan dan keterampilan psikomotorik mahasiswa dapat diuji secara bersamaan.

Menurut taksonomi Bloom, tujuan pembelajaran dikategorikan menjadi enam domain mulai dari pengetahuan sederhana hingga kompleks, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Slavin, 2003). Penggabungan berbagai penilaian metode di stasiun yang berbeda seperti dalam pertemuan OSCE memungkinkan pendidik untuk menguji lebih dari satu domain (Rushton & Eggett, 2003). Menurut Guba dan Lincoln (1989), belajar bukanlah proses linier, melainkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi bolak-balik dengan lingkungan. Dalam pengalaman OSCE, mahasiswa diuji dan diizinkan untuk belajar dari interaksi melalui proses pemeriksaan dengan memberikan umpan balik yang berkelanjutan. Dari perspektif Gagnes, sembilan langkah instruksi Gagnes, memberikan bimbingan kepada mahasiswa sebelum, sementara, dan setelah mereka melakukan tugas dan memberikan umpan balik segera meningkatkan kinerja dan retensi pengetahuan (Gagen, 1989). OSCE dipilih untuk menyempurnakan metode uji kompetensi yang sebelumnya menggunakan metode Paper Based –Test (PBT) dan Computer Based-Test (CBT) karena memiliki keunggulan untuk mengukur kompetensi lulusan perawat sampai pada tahap “show how”

Kesimpulan

Harus ada pendekatan tim, tanggung jawab bersama dan perencanaan yang tepat antar Prodi untuk meminimalkan faktor penghambat implementasi OSCE. Selain pengembangan Prodi di OSCE, Peran department labolatoriu praktikum harus meningkatkan pemanfaatan lab keterampilan mengatur jadwal untuk mahasiswa dan anggota Prodi untuk meningkatkan paparan mahasiswa terbimbing ke pembelajaran berbasis simulasi dan pada akhirnya meningkatkan implementasi OSCE.

Banyak kondisi ditemukan dimana mahasiswa mengalami stres, kebingungan, dan gangguan saat menjalani OSCE, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka selama tes. Oleh karena itu, memperhatikan hal-hal tersebut dalam penyelenggaraan OSCE dapat meningkatkan perspektif mahasiswa. Mempertimbangkan semua faktor tersebut di atas dalam pendidikan dan pengelolaan tes dapat efektif untuk meningkatkan kualitas tes. Institusi Pendidikan & prodi perlu melakukan trobosan untuk revisi metode pendidikan, menggunakan metode yang lebih berpusat pada mahasiswa dalam mengajar dan memberikan fasilitas untuk membawa mahasiswa ke dunia nyata profesi, membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan klinis untuk prospek karir mereka.

OSCE banyak ditemukan sebagai metode evaluasi yang efektif dan praktis. Untuk evaluasi formatif, OSCE memiliki dampak pendidikan yang kuat pada siswa. Itu adalah kesempatan bagi mereka untuk menilai diri mereka sendiri, menerima umpan balik, belajar, dan fokus pada tanggung jawab individu mereka dan memungkinkan untuk menguji diri mereka sendiri, mengembangkan kepercayaan diri mereka dan berlatih untuk praktik keperawatan dunia nyata.

Manjadda Wajadda … tetap semaangat dan terus berlatih….

*Penulis adalah Dosen Keperawatan Anak Prodi Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur

Leave a Reply